Ada yang bilang, "Jika kau menyakiti hati seorang penulis, maka hati-hatilah. Kau akan diabadikannya sebagai sosok yang buruk dalam ceritanya."
Saya tidak setuju dengan peringatan itu, walau barangkali ada penulis yang begitu. Tapi semua tergantung pribadi penulis yang mengalami.
Saya tidak setuju dengan peringatan itu, walau barangkali ada penulis yang begitu. Tapi semua tergantung pribadi penulis yang mengalami.
Seandainya hati saya disakiti, siapa pun dia tidak saya abadikan dalam sosok buruk di cerita setengah fiktif. Lebih sering malah tidak saya tulis dalam bentuk apa pun. Kalaupun memang perlu suatu saat saya menulis tentang orang ini, saya lebih suka menuliskannya sebagai sesuatu yang baik.
Bagi saya lebih baik melupakan "kejahatan" orang kepada kita dan mengenangnya (jika memang perlu dikenang) atau mengingatnya (jika tidak bisa dilupakan) atau menyimpannya (jika suatu saat kita butuh belajar dari masa lalu) dengan cara yang positif, daripada memelihara dendam.Lagi pula sakit hati tidak selalu lahir dari kejahatan. Sakit hati bisa timbul dari hanya sebuah keputusan.
Comments
Post a Comment